Di kota Kufah, Irak, terdapat sebuah kisah menarik tentang kelahiran salah satu imam terkemuka, yaitu Imam Hanafi atau dikenal sebagai Abu Hanifah. Kisah ini bermula dari sebuah kejadian sederhana yang melibatkan buah apel yang terjatuh dari pohon. Inilah kisah menarik tentang bagaimana nasib seorang pria bernama Tsabit berubah akibat satu apel yang jatuh.
Tsabit, seorang pria yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, namun memiliki ketakwaan yang luar biasa, sedang berjalan di kota Kufah. Saat itu, dia melewati sebuah kebun apel dan tanpa disengaja, sebuah apel matang jatuh tepat di dekatnya. Tanpa ragu, Tsabit mengambil apel tersebut dan mulai memakannya dengan lahap. Namun, tiba-tiba, ketika dia masih mengunyah, dia merasa gelisah dan bertanya pada dirinya sendiri, \”Apakah ini halal bagiku?\”
Dalam keadaan yang penuh keraguan, Tsabit memutuskan untuk memasuki kebun tersebut agar bisa bertanya kepada pemiliknya mengenai apakah apel yang ia makan itu halal atau tidak. Setelah memberi salam, Tsabit dengan sopan menceritakan kejadian itu pada pemilik kebun. Sang pemilik menjawab bahwa dia bukanlah pemilik kebun itu, melainkan hanya seorang penjaganya.
Tanpa putus asa, Tsabit berkata, \”Tidak masalah, demi Allah, saya akan mencari pemilik kebun ini, walaupun harus berjalan kaki sehari semalam!\” Tsabit kemudian berangkat mencari pemilik kebun tersebut.
Perjalanan Tsabit berhari-hari dan akhirnya dia sampai di rumah pemilik kebun tersebut. Setelah memberi salam, Tsabit menceritakan segala kejadian yang terjadi di kebun itu. Sang pemilik kebun mendengarkan dengan penuh perhatian dan akhirnya mengizinkan apel yang sudah digigit setengah itu untuk dihalalkan, dengan satu syarat, yaitu Tsabit harus menikahi anak perempuannya.
Namun, Tsabit tidak menyangka bahwa anak perempuan pemilik kebun itu memiliki berbagai keterbatasan. Dia buta, tidak dapat mendengar dan tidak bisa berbicara, bahkan lumpuh. Ia sangat terguncang dengan pilihan pemilik kebun itu. Setelah ditimbang-timbang antara azab dunia dan akhirat, akhirnya ia pun setuju dengan persyaratan itu.
Setelah akad nikah… Allahu Akbar, ia nyaris tak percaya, ternyata istrinya adalah seorang wanita yang sangat cantik, berilmu dan penuh ketaqwaan. Dia buta dari melihat hal-hal yang haram, bisu dan tuli dari berbicara dan mendengarkan hal-hal yang dimurkai Allah ‘Azza wa Jalla serta tak pernah melangkahkan kakinya pada jalan yang haram.
Setelah menikah, mereka hidup bahagia. Hikmah dari kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah, serta pentingnya mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.
Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang putra yang kemudian dikenal sebagai Imam Hanafi. Beliau adalah salah satu dari empat imam mazhab terkenal di dunia, dan ajaran mazhabnya diikuti oleh jutaan orang di Turki, Eropa, India, dan Pakistan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kadang-kadang peristiwa kecil dan tak terduga dapat membawa perubahan besar dalam hidup seseorang. Tsabit adalah contoh nyata bagaimana ketulusan hati, ketakwaan, dan kesediaan menerima cobaan dari Allah dapat mengubah takdir seseorang menjadi lebih baik. Semoga kisah ini memberikan inspirasi bagi kita semua untuk selalu berusaha mengambil yang halal dan menjauhi yang haram dalam setiap aspek kehidupan kita. Ingatlah, Allah senantiasa memberkahi perbuatan yang baik dan keputusan yang bijak.
Bukan hanya Imam Syafii, sejarah peradaban Islam, dari masa ke masa, dari berbagai tempat, dari beberapa disiplin ilmu telah membukukan sekian banyak ulama terkemuka. Kami telah merangkumnya dalam sebuah buku yang cocok sekali dibaca oleh anak-anak kita di rumah. Kami beri judul Ensiklopedia Ulama Islam. Buku dengan tebal 160 halaman ini dikemas dalam bentuk full color dan dibungkus dengan softcover. Sangat cocok untuk anak usia 7 tahun ke atas