Di satu weekend yang yang cerah, keluarga Bani pergi jalan-jalan dan menikmati makanan yang lezat di sebuah restoran.
Keluarga Bani terdiri dari Bapak dan Ibu Bani serta dua orang anak mereka, Ahmad dan Sarah. Mereka memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan mereka dengan menjelajahi kota. Saat mereka berjalan-jalan melewati jalan-jalan yang penuh keramaian, aroma menggugah selera yang menyegarkan dari sebuah restoran menarik perhatian mereka.
Di saat Ayah Bani memarkirkan kendaraannya, adzan Dhuhur berkumandang.
\”Kita shalat dulu, ya.\” Ajak Ayah kepada istri, Ahmad dan Sarah.
\”Bagaimana kalau shalatnya setelah makan saja, Yah?\” Protes Ahmad. Dia sudah ngga sabar karena lapar.
\”Shalat berjamaah lebih utama, Ahmad.\”
Ahmad pun menurut. Dia mengikuti Ayah berjalan ke tempat wudhu.
\”Jangan lupa tahiyatul masjid, ya!\” Ayah mengingatkan ketika selesai wudhu.
Selesai shalat, Ahmad menunggu ayah berdzikir.
\”Kok lama sih, udah keroncongan nih,\” Gumam Ahmad.
Saat melihat Ayah berdiri, Ahmad merasa senang. \”Hore…sebentar lagi kita makan.\”
Dia sedikit kecewa melihat Ayah tidak segera beranjak. Malah menambah dengan shalat sunah qabliyah.
\”Duh, ayah lama sekali sih.\”
\”Sabar Mad, nanti juga akan terasa nikmat jika makannya di saat lapar.\” Hibur Ibu Bani.
Tak lama kemudian, Ayah sudah menyelesaikan shalat sunah qabliyah-nya.
Ketika mereka memasuki restoran tersebut, mereka takjub dengan keindahan interiornya. Dinding restoran yang dihiasi dengan motif klasik yang indah, lampu-lampu gantung model kuno, dan meja-meja yang dikelilingi oleh bunga-bunga segar. Ahmad dan Sarah terpesona melihat suasana restoran yang begitu cantik.
Bapak Bani dengan senyum mengatakan, \”Ternyata tempat ini lebih dari sekedar restoran, ya. Ia adalah perpaduan sempurna antara keindahan dan cita rasa.\”
\”Wah, keren sekali restorannya.\” Kagum Ahmad.
\”Seperti istana,\” Timpa Sarah.
\”Ya, restoran ini sangat indah, bergaya istana klasik. Dilengkapi dengan taman dan kolam ikan dan air mancur.
\”Mau tidak, dibuatkan istana di Surga,? Tanya Ayah.
\”Ah, Ayah. Pertanyaan yang aneh. Tentu saja semua orang akan menginginkannya,\” ucap Ahmad.
\”Itu benar, sungguh. Allah menjanjikan untuk membangun sebuah istana di Surga bagi siapa saja yang rajin melaksanakan shalat sunnah rawatib atau shalat yang menyertai shalat wajib.\”
\”Hah?\” Ahmad dan Sarah terkejut.
\”Apakah kalian menginginkannya? Apakah kalian berkeinginan?\” Ayah melirik dengan lucu. \”Hanya kurang dari lima menit shalat, namun pahalanya luar biasa, bukan? Bagaimana dengan kalian, apakah kalian menginginkannya?\”
Shalat Rawatib
Psst, apakah kalian juga seperti Ahmad, yang segera berlari meninggalkan masjid setelah selesai shalat? Oh, mungkin kalian belum pernah mendengar hadits ini!
Rasulullah saw. bersabda, \”Sungguh, jika seorang hamba duduk di masjid setelah menunaikan shalat, maka para malaikat akan mendoakan baginya, dan doa mereka untuknya adalah dengan berkata, \’Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, kasihilah dia.\’ Jika dia duduk untuk menunggu shalat, para malaikat akan terus mendoakannya dengan berdoa, \’Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, kasihilah dia.\’\”
Wow! Didoakan oleh malaikat? Siapa yang tidak menginginkannya? Sayangnya, kalian langsung pergi dari masjid setelah shalat, bukan?
Nah, selain setelah shalat, hal lain yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah melaksanakan shalat sunnah rawatib.
Duh, shalat wajib saja terkadang kita lakukan dengan malas. Bagaimana dengan shalat sunnah? Apakah kalian melakukannya?
Subhanallah. Mari kita perbaiki segera. Jadikanlah istana di Surga sebagai motivasi. Siapa yang tidak ingin memiliki sebuah istana? Apalagi jika letaknya di Surga! Surga sendiri sudah sangat indah. Rumah biasa di sana pasti juga sangat bagus, bukan?
Mungkin kalian bertanya-tanya, apakah semua itu benar? Jangan ragu, ucapan tersebut diungkapkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam haditsnya. Dari Ummu Habibah radhiyallahu anha, istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dia mengatakan, \”Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
\”Seorang hamba muslim yang melaksanakan shalat sunnah yang tidak wajib karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat setiap hari, Allah akan membangun sebuah rumah (istana) baginya di Surga.\”
(Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu anha berkata, \”Setelah aku menengar hadits ini, aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.\” (HR Muslim)
Lalu, shalat apakah yang dimaksud dua belas rakaat itu?
Dari Aisyah radhiyallahu anha , ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, \”Barang siapa yang tidak meninggalkan dua belas rakaat pada shalat sunnah rawatib, Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu) empat rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat shalat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah shalat Isya, dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh.\” (HR Tirmidzi, An-Nasa\’i)
Kita mengenal kedua belas shalat sunnah itu dengan nama sunnah rawatib, yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib.